Kicuan Wong Cilik – Pernahkan
anda
berpikir bagaimana sebuah film animasi dibuat? Saya yakin anda sudah
mengenal banyak contoh film animasi 2 dimensi ataupun 3 dimensi yang
sering dijumpai di bioskop ataupun di televisi kesayangan anda. Tetapi
mungkin
juga ada sebagian dari anda yang masih bingung perbedaan antara animasi
2D dan 3D,
saya akan jelaskan terlebih dahulu hal tersebut.
Satu-satunya perbedaan utama antara animasi 2D dan 3D yaitu, animasi 2D dihasilkan dari menggambar secara manual keseluruhan sequence gambar, lalu melalui proses scanning, tracing dan cleaning sampai coloring dengan software komputer, prosesnya dilakukan serba manual/tradisional. Oleh karena itu, animasi 2D disebut juga sebagai animasi tradisional.
Upin dan Ipin adalah serial televisi animasi anak-anak yang dirilis pada 14 September 2007 besutan studio animasi Les’ Copaque Malaysia. Animasi ini sekarang sudah mendunia loh, bahkan sejak November 2009 animasi Upin & Ipin ini digaet oleh perusahaan animasi raksasa Disney Channel Asia, dan ditayangkan di 10 Negara di Asia termasuk Indonesia.
Animasi Upin & Ipin ini adalah animasi 3D yang dibuat dengan software besutan perusahaan bernama Autodesk.
Bagi anda yang belum tahu, bagaimana proses pembuatan Animasi 3D seperti Upin & Ipin, begini prosesnya :
Setiap film(animasi ataupun bukan) harus mempunyai cerita dan penokohan. Pada tahap ini banyak sekali yang harus dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan produksi masing-masing. Saya ambil contoh untuk casting pengisi suara, hal ini biasanya dilakukan dalam tahap konsep/pra produksi. Animasi Upin & Ipin ini, adalah film yang seluruh adegannya dibuat dengan animasi (full animation istilahnya). Jadi hanya dibutuhkan pengisi suara untuk membuat tokoh-tokoh dalam film terlihat lebih hidup, tidak membutuhkan artis atau memilih lokasi shoting seperti halnya pembuatan film biasa. Hal lain mencakup konsep/rencana dan bagaimana bayangan jelas hasil film dan proses pembuatannya, semua ini dilakukan dalam tahap konseptualisasi, konsep ini dibuat dan disusun dalam bentuk naskah/script/stroyline yang biasanya diatur oleh sutradara.
Setelah Konsep berbentuk naskah selesai, selanjutnya adalah proses storyboarding. Ini juga bisa disebut konsep, tetapi bentuknya sudah lebih aktual, berisi seluruh unsur cerita tetapi dalam bentuk gambar/sketsa. Storyboard ini penting untuk proses produksi, dan dibutuhkan hampir oleh seluruh divisi produksi.
Pada tahap ini seluruh objek 3D dalam film, seperti tokoh, objek latar seperti objek pohon, tanah, bangunan, gunung, dll sesuai dengan kebutuhan scene film, proses ini dinamakan proses modeling, adapun teknik modeling yang digunakan tergantung pada seorang pembuat model.
Setelah modeling selesai dan disimpan(maksudnya dikukuhkan), proses selanjutnya adalah pewarnaan dan pemberian tekstur terhadap semua model yang digunakan, sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Misalnya dalam animasi Upin & Ipin, objek rumah milik Upin & Ipin dalam cerita berwarna hijau, baju Upin berwarna kuning dan terdapat huruf “U” dibajunya, dan baju Ipin berwana biru dengan huruf “I” pada bajunya, tanah berwana kuning kecoklatan, kulit tokoh Jarjit berwarna gelap, tahi lalat di pipi nenek Upin & Ipin, dll. Semua itu dilakukan pada tahap Texturing, biasa juga disebut skinning atau coloring. Proses ini dilakukan sampai karakter benar-benar sesuai dengan kebutuhan cerita (sutradara yang menentukan).
Seperti namanya, setiap objek 3D yang telah siap untuk masuk tahap ini akan diberi rig/bones atau tulang agar dapat digerakan. Loh kok tulang? Maksud tulang disini yaitu proses yang dilakukan dalam software 3D dengan menggabungkan objek 3D dengan objek lain yang dinamakan bones/tulang, fungsi tulang ini adalah sebagai path atau kerangka objek yang transparan, artinya objek bones ini tidak akan telihat dalam hasil film nanti. Hanya dapat dilihat oleh animator saja. Nah, ini juga bedanya animasi 2D dan 3D, pergerakan objek dalam animasi 2D itu seluruhnya digambar, kalau dalam animasi 3D pergerakan objek dapat diatur secara fleksibel dengan metode rigging. Sangat praktis bukan?
Setelah Objek 3D siap digerakan, selanjutnya adalah proses penganimasian. Seluruh objek 3D yang dibutuhkan dalam scene digabungkan dalam sebuah ruang digital (3D environment) menggunakan software, lalu disusun dan digerakan mengikuti cerita dalam naskah.
Setelah pergerakan objek dikukuhkan selanjutnya adalah proses pencahayaan. Proses ini juga dilakukan dengan menggunakan software, scene yang telah dibuat dan diberi animasi selanjutnya diberi cahaya. Dengan menggunakan software ditambahkanlah berbagai macam jenis objek cahaya, seperti omni, daylight,spot light, dll, ini bahasa yang umum dalam dunia animasi ketika menyebutkan nama-nama tools di dalam software animasi, kalau anda tidak paham silahkan baca artikel saya yang lain tentang animasi jika anda ingin lebih dalam mengenal dunia animasi.
Selanjutnya adalah proses pengaturan kamera. Hal ini dilakukan dengan mengatur lebar lensa, ukuran resolusi, aspect ratio, bahkan sampai tipe kamera dapat diatur di tahap ini.
Setelah seluruh proses pembuatan scene 3D selesai, pada tahap ini dilakukan rendering atau capturing dari setiap frame yang telah dibuat. Pada tahap ini gambar animasi sudah hampir selesai tetapi belum rampung sampai dapat dikatakan sebagai sebuah film animasi.
Pada tahap ini, hasil render yang sudah berbentuk video atau gambar sequences diberi efek dan komposisi khusus sehingga dapat menambah estetika gambar, dilakukan menggunakan software tentunya, proses ini menghasilkan file video animasi yang utuh, tetapi masih tanpa suara.
Setelah melewati proses komposisi dan visual effects selanjutnya adalah proses editing. Pada tahap ini pula, para dubber atau pengisi suara mulai bekerja mengisi suara dengan mencocokan suara mereka dengan video hasil komposisi tadi, biasanya diarahkan oleh seorang editor. Lalu editor menggabungkan suara-suara tersebut, musik, efek suara, dan unsur lain kedalam video hasil komposisi tersebut.
Pada tahap ini dilakukan review oleh sutradara dan tim, jika dianggap sudah layak jual, maka film animasi ini akan segera dipasarkan dan akhirnya tayang di bioskop-bioskop atau telivisi di rumah-rumah.
Secara definisi, Animasi 3 dimensi adalah proses membuat
gambar bergerak 3 dimensional di dalam sebuah lingkungan digital(Digital environment) dengan menggunakan software pengolah 3D.
Software pengolah 3D dirancang untuk memanipulasi model 3D, bertujuan
membuat model tersebut terlihat bergerak seperti dalam dunia nyata. Software ini
menghasilkan kumpulan-kumpulan gambar 3D yang tersusun membentuk sequences sehingga gambar seolah
bergerak dengan nyata dan hidup di medium digital. Sama halnya dengan prinsip
pada animasi 2D atau animasi stop motion.
Perbedaan Animasi 2 Dimensi dan 3 Dimensi
Satu-satunya perbedaan utama antara animasi 2D dan 3D yaitu, animasi 2D dihasilkan dari menggambar secara manual keseluruhan sequence gambar, lalu melalui proses scanning, tracing dan cleaning sampai coloring dengan software komputer, prosesnya dilakukan serba manual/tradisional. Oleh karena itu, animasi 2D disebut juga sebagai animasi tradisional.
Sedangkan, pada pembuatan animasi 3D hampir keseluruhan
proses dilakukan dalam software komputer, dan dihasilkan gambar yang disebut dengan
CGI (Computer Generated Imagery).
Walaupun ada sebagian rumah produksi yang masih menggunakan
cara manual/tradisional dalam proses pembuatan film animasi 3D seperti dalam
pembuatan Storyboard, pada dasarnya hal
ini tergantung pada kebutuhan masing-masing.
Berikut adalah gambar perbedaan animasi 2D & 3D :
Nah, anda sekarang sudah dapat
membedakan animasi 2D dan 3D? Pembuatan objek 2D itu disebut painting, sedangkan pembuatan objek 3D
disebut modeling, teknik modeling
itu ada banyak, yang paling unik dari teknik modeling adalah teknik Sculpting (baca: skulp-ting). Teknik
ini seperti halnya anda membuat patung, “You
can touch the depth and feel the actual object”. Berbeda sekali dengan teknik pembuatan gambar
2D, dalam animasi 3D terdapat sistem cahaya yang akan berpengaruh terhadap
bayangan objek secara otomatis. Tidak
seperti dalam gambar 2D yang notabene keseluruhan objek dan background dibuat dengan cara digambar
secara manual.
Oke, sudah lebih tahu ya
perbedaannya? Lanjut ke animasi 3D yang akan saya bahas, yaitu Animasi 3D Upin & Ipin.
Mengenal Animasi 3D Upin & Ipin
Upin dan Ipin adalah serial televisi animasi anak-anak yang dirilis pada 14 September 2007 besutan studio animasi Les’ Copaque Malaysia. Animasi ini sekarang sudah mendunia loh, bahkan sejak November 2009 animasi Upin & Ipin ini digaet oleh perusahaan animasi raksasa Disney Channel Asia, dan ditayangkan di 10 Negara di Asia termasuk Indonesia.
Animasi Upin & Ipin ini adalah animasi 3D yang dibuat dengan software besutan perusahaan bernama Autodesk.
Bagi anda yang belum tahu, bagaimana proses pembuatan Animasi 3D seperti Upin & Ipin, begini prosesnya :
1. Pembuatan Konsep Cerita dan Penokohan
Setiap film(animasi ataupun bukan) harus mempunyai cerita dan penokohan. Pada tahap ini banyak sekali yang harus dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan produksi masing-masing. Saya ambil contoh untuk casting pengisi suara, hal ini biasanya dilakukan dalam tahap konsep/pra produksi. Animasi Upin & Ipin ini, adalah film yang seluruh adegannya dibuat dengan animasi (full animation istilahnya). Jadi hanya dibutuhkan pengisi suara untuk membuat tokoh-tokoh dalam film terlihat lebih hidup, tidak membutuhkan artis atau memilih lokasi shoting seperti halnya pembuatan film biasa. Hal lain mencakup konsep/rencana dan bagaimana bayangan jelas hasil film dan proses pembuatannya, semua ini dilakukan dalam tahap konseptualisasi, konsep ini dibuat dan disusun dalam bentuk naskah/script/stroyline yang biasanya diatur oleh sutradara.
2. Pembuatan Storyboard
Setelah Konsep berbentuk naskah selesai, selanjutnya adalah proses storyboarding. Ini juga bisa disebut konsep, tetapi bentuknya sudah lebih aktual, berisi seluruh unsur cerita tetapi dalam bentuk gambar/sketsa. Storyboard ini penting untuk proses produksi, dan dibutuhkan hampir oleh seluruh divisi produksi.
Contoh Storyboard :
Pada tahap ini seluruh objek 3D dalam film, seperti tokoh, objek latar seperti objek pohon, tanah, bangunan, gunung, dll sesuai dengan kebutuhan scene film, proses ini dinamakan proses modeling, adapun teknik modeling yang digunakan tergantung pada seorang pembuat model.
4. Texturing (Pewarnaan dan Tekstur Model 3D)
Setelah modeling selesai dan disimpan(maksudnya dikukuhkan), proses selanjutnya adalah pewarnaan dan pemberian tekstur terhadap semua model yang digunakan, sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Misalnya dalam animasi Upin & Ipin, objek rumah milik Upin & Ipin dalam cerita berwarna hijau, baju Upin berwarna kuning dan terdapat huruf “U” dibajunya, dan baju Ipin berwana biru dengan huruf “I” pada bajunya, tanah berwana kuning kecoklatan, kulit tokoh Jarjit berwarna gelap, tahi lalat di pipi nenek Upin & Ipin, dll. Semua itu dilakukan pada tahap Texturing, biasa juga disebut skinning atau coloring. Proses ini dilakukan sampai karakter benar-benar sesuai dengan kebutuhan cerita (sutradara yang menentukan).
5. Rigging (Penulangan)
Seperti namanya, setiap objek 3D yang telah siap untuk masuk tahap ini akan diberi rig/bones atau tulang agar dapat digerakan. Loh kok tulang? Maksud tulang disini yaitu proses yang dilakukan dalam software 3D dengan menggabungkan objek 3D dengan objek lain yang dinamakan bones/tulang, fungsi tulang ini adalah sebagai path atau kerangka objek yang transparan, artinya objek bones ini tidak akan telihat dalam hasil film nanti. Hanya dapat dilihat oleh animator saja. Nah, ini juga bedanya animasi 2D dan 3D, pergerakan objek dalam animasi 2D itu seluruhnya digambar, kalau dalam animasi 3D pergerakan objek dapat diatur secara fleksibel dengan metode rigging. Sangat praktis bukan?
6. Animation (Penganimasian)
Setelah Objek 3D siap digerakan, selanjutnya adalah proses penganimasian. Seluruh objek 3D yang dibutuhkan dalam scene digabungkan dalam sebuah ruang digital (3D environment) menggunakan software, lalu disusun dan digerakan mengikuti cerita dalam naskah.
Contoh skenario :
“Upin dan Ipin sedang duduk diatas batu di pinggiran
sungai, dengan semak-semak disektiarnya. Lalu ada seekor kodok melompat dari
sungai. Upin & Ipin terkejut, mereka pun lari mengejar kodok tersebut”.
Dalam scene
ini, objek 3D yang dibutuhkan yaitu tanah, batu, semak-semak, sungai, kodok,
dan objek pendukung lainnya seperti daun, langit, matahari, kerikil, percikan
air dll, yang akan membuat scene
tersebut terlihat lebih hidup. Bagian
ini adalah tugas seorang Animator.
7. Lighting (Pencahayaan)
Setelah pergerakan objek dikukuhkan selanjutnya adalah proses pencahayaan. Proses ini juga dilakukan dengan menggunakan software, scene yang telah dibuat dan diberi animasi selanjutnya diberi cahaya. Dengan menggunakan software ditambahkanlah berbagai macam jenis objek cahaya, seperti omni, daylight,spot light, dll, ini bahasa yang umum dalam dunia animasi ketika menyebutkan nama-nama tools di dalam software animasi, kalau anda tidak paham silahkan baca artikel saya yang lain tentang animasi jika anda ingin lebih dalam mengenal dunia animasi.
Pencahayaan
itu penting, kalau tidak ada cahaya dalam ruang 3D yang dibuat, maka tekstur
dan objek sama sekali tidak akan terlihat. Nah sekali lagi, ini dia yang unik
dari animasi 3D, berbeda dengan animasi 2D, sampai cahaya saja bisa diatur
seperti halnya kita memasang lampu kamar.
“It’s
really really almost look like a real world”.
8. Setting up a Cameras (Mengatur kamera)
Selanjutnya adalah proses pengaturan kamera. Hal ini dilakukan dengan mengatur lebar lensa, ukuran resolusi, aspect ratio, bahkan sampai tipe kamera dapat diatur di tahap ini.
Tetapi hal yang paling utama dari tahap ini
adalah penempatan sudut pandang
kamera (Camera angle) dan pergerakan
kamera (Camera movements).
Loh
kok ada kamera segala ya? Ini,
ini yang lebih unik lagi dari pembuatan animasi 3D. Dalam pembuatan animasi 3D terdapat
objek kamera(objek ini tidak akan
terlihat dalam film), kamera dalam software 3D pada dasarnya digunakan untuk
membatasi wilayah pandang(frame size)
dan sudut pandang kamera dari ruang 3D.
Pengambilan gambar pada ruang 3D juga sama
halnya seperti shoting film non-animasi yaitu menggunakan teknik pengambilan
gambar pada dunia nyata, contohnya Close
Up, Medium Shot, Full Shot, dll. Tetapi
sumberdaya yang dibutuhkan hanyalah kelihaian
seorang animator ketika menjadi cameraman
model 3D nya sendiri.Sampai
terciptalah gambar digital yang terlihat seolah-olah hidup dan membentuk cerita
yang penuh warna.
9. Rendering (Perenderan)
Setelah seluruh proses pembuatan scene 3D selesai, pada tahap ini dilakukan rendering atau capturing dari setiap frame yang telah dibuat. Pada tahap ini gambar animasi sudah hampir selesai tetapi belum rampung sampai dapat dikatakan sebagai sebuah film animasi.
10. Compositing and Visual Effects (Komposisi dan Efek Visual)
Pada tahap ini, hasil render yang sudah berbentuk video atau gambar sequences diberi efek dan komposisi khusus sehingga dapat menambah estetika gambar, dilakukan menggunakan software tentunya, proses ini menghasilkan file video animasi yang utuh, tetapi masih tanpa suara.
11. Editing
Setelah melewati proses komposisi dan visual effects selanjutnya adalah proses editing. Pada tahap ini pula, para dubber atau pengisi suara mulai bekerja mengisi suara dengan mencocokan suara mereka dengan video hasil komposisi tadi, biasanya diarahkan oleh seorang editor. Lalu editor menggabungkan suara-suara tersebut, musik, efek suara, dan unsur lain kedalam video hasil komposisi tersebut.
12. Finishing
Pada tahap ini dilakukan review oleh sutradara dan tim, jika dianggap sudah layak jual, maka film animasi ini akan segera dipasarkan dan akhirnya tayang di bioskop-bioskop atau telivisi di rumah-rumah.
Nah, begitulah proses bagaimana sebuah film animasi di produksi,
dari mulai tahap pengonsepan sampai pemasaran yang bisa saya bagikan kepada
anda semua. Walaupun saya katakan pembuatan animasi 3D itu lebih simple dari pembuatan animasi 2D, tetapi
pada kenyataanya pembuatan animasi 3D tidak semudah yang dibayangkan. Diperlukan ketekukan, keahlian, waktu, kerjasama tim juga biaya yang cukup besar untuk menghasilkan animasi 3 dimensi yang
berkualitas.
Tulisan
ini berasal dari pengetahuan dan pengalaman pribadi saya ketika bekerja
di sebuah rumah produksi, tentu setiap proses yang diurutkan dalam
artikel ini bukanlah prosedur yang baku untuk setiap produksi animasi,
sangatlah mungkin terdapat perbedaan antara satu rumah produksi dengan
rumah produksi lainnya tergantung kebutuhan rumah produksi
masing-masing. Saya harap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca semuanya. Tulisan ini
sepenuhnya memiliki hak cipta, jadi mohon gunakan dengan bijak.
Terimakasih telah menyimak artikel ini, silahkan bookmark blog ini untuk mendapatkan informasi menarik lainnya yang saya buat secara lengkap dan mendalam.
Semoga bermanfaat dan Sampai jumpa.
Begini Cara Membuat Animasi Seperti Upin & Ipin
4/
5
Oleh
Irfan Siddik
No comments:
Post a Comment
Cara Berkomentar untuk yang anda yang tidak memliki Blog:
1. Klik "Select profile" lalu pilih Name/URL
2. Isi nama Anda dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat facebook Anda
3. Klik Lanjutkan
4. Tulis komentar Anda dan klik publish
Form komentar ini tanpa moderasi dan verifikasi, kami harap anda tidak mengirim SPAM,Sara atau tindakan pelecehan lainnya
Dapatkan kunjungan balik ke website atau blog Anda dengan berkomentar dan Follow situs ini. Anda juga akan mendapatkan follower yang lebih banyak.